BERSANUBARI ISLAM, BERJIWA NASIONALIS,
BERFIKIR AKADEMIS
(3B UNTUK SAINTIS RELIGIUS)
Seorang ilmuwan yang mendalami ilmu pengetahuan alam disebut dengan
saintis. Dalam dunia sains mungkin
seringkali hanya mendengar istilah saintis, namun untuk menjadi saintis muda khususnya
di Indonesia ini maka menjadi saintis religius yang saintis bersanubari islamis,
berjiwa nasionalis, serta dapat berfikir secara akademis. Makna religious sendiri menurut para ahli religius adalah suatu sikap dan
perilaku yang taat atau patuh dalam menjalankan ajaran agama yang dipeluknya,
bersikap toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, serta selalu menjalin
kerukunan hidup antar pemeluk agama lain. (T.Ramli:2003). Apa sih hubungannya? seorang saintis itu
sepatutnya dapat memiliki pikiran yang eksak seperti ilmuwan-ilmuwan terdahulu
yang telah berhasil menciptakan perubahan sains yang luar biasa. Nah dapat
dilihat bahwa sudah saatnya saintis muda sekarang memiliki nilai dan ilmu yang
lebih dengan tekad jiwa nasionalis yang mengakar, keimanan yang tak kan pernah
goyah, serta dapat berpikir secara kritis.
Bersanubari Islami : seorang saintis religius harus memiliki sanubari yang islamis. Sanubari merupakan jantung hati atau lebih dimengerti dengan hati nurani. Memiliki hati nurani islam yang teguh dengan percaya adanya Tuhan Yang Maha Esa. Dalam pandangan Fethullah Gulen mengenai sains dan islam yaitu, ketika membaca alam ia menegaskan adanya inervensi Tuhan yang terus menerus pada alam ini, dan berkeyakinan bahwa melakukan praktik sains addalah amal ibadah. Ketika nilai-nilai ketuhanan dimasukan ke dalam proses sains, di samping menghasilkan teori, baik ilmu eksakta maupun non eksak yang sesuai dengan sudut pandang dan pemahaman islam juga akan menghasilkan produk yang bersifat materi dari proses eksperimen , yang sarat dengan nilai-nilai ruhiah yang puncaknya bermuara pada tercapainya keridhoan Allah. Seorang ilmuan muslim akan mengintegrasikan antara penemuan ilmiah yang bersifat materi denagn kesadaran ruhiah, nilai ruhiah yang paling tinggi ialah ketika seseorang merasa dekat dngan Allah dan merasa mendapat ridho Allah.
Berijiwa Nasionalis: Nasionalisme merupakan penyatuan sikap cinta tanah air dalam sebuah negara bangsa. Negara Indonesia dibangun berdasarkan asas bhineka tunggal ika yang memiliki arti berbeda-beda namun tetap satu jua. Nilai-nilai luhur islam dimasukkan ke dalam UUD 1945 dan pancasila bertujuan untuk menjaga persatuan negara Indonesia. Dewasa ini hangat diperbincangkan mengenai jiwa nasionalis dalam segi apapun. Tak kalah dalam segi akademik yag megarah dalam duia sais. Menjadi Saintis yang religious uga harus menanamkan jiwa nasionalis, yang memiliki hasrat untuk mencapai kesatuan, dengan cara selalu bersikap jujur dalam hal apapun, saling bertoleransi, dapat mengelola sumber daya yang ada, menggunakan ilmu untuk hal yang positif serta dapat mengeksploitasi ilmu dan mengembangkan kreativitas.
Berpikir Akademis : Berpikir
secara akademis, yang bersifat ilmiah, bersifat ilmu pegetahuan, bersifat
teori. Berpikir secara ilmiah ialah menggunakan akal budi untuk mempertimbangkan,
memutuskan, megembangkan dan sebagainya. Menggunaka prinsip ilmu pengetahuan
atau prinsip prinsip logis terhadap penemuan, pengesahan dan penjelasan
kebenaran. Sebagai saintis mudaa diharapkan dapat mempunyai pemikiran yang bukan
hanya sekedar muncul dari emosional dan justifikasi, namun sebuah karya
intelektual yang hadir secara ilmiah atas dasar validitas dan analisis suatu
data. Menggunakan akal budi untuk menelaah sesuatu dengan hati-hati. Sehingga
mampu membuat simpulan dan solusi yang akurat.
“kebanyakan orang mengtakan bahwa
kecerdasanlah yang melahirkn seorang ilmuwan besar. Mereka salah, karakterlah yang
melahirkan” merupakan pendapat sang mascot ilmuwan modern. Untuk mengembangkan dunia ini seorang saintis
harus mampu untuk bepikir jauh ke depan.
Dikutip dari selaras.com peran saintis jadilah rujukan yang benar. Pertahankan etika di dalam penelitian. Jangan
menyelewengkan hasil demi tercapainya hipoteseis yang benar. Seorang saintis
seharusnya menjadi penerang dalam kegelapan, yang membawa kebenaran kepada
massa. Para saintis muda generasi penerus bangsa marilah menjadi saintis yang religious. Tidak
hanya dapat berpkir secara nasional tetapi juga agamis. Dalam hubungannya ketiga itu sangat
bersenyawa sehingga memiliki hubungan satu sama lain. Dalam sebuah penelitian
membutuhkan kecermatan, tanggung jawab, kejujuran, mendapat ridho Tuhan demi
keberhaslan sebuah penelitian. Bereskpektasi
meadi seorang saintis religious yang bersanubari
islamis, berjiwa nasioalis serta dapat berpiir secara akademis, tetap satu tujuan mari bersama
menjaga keutuhan bangsa ini. Selalu berpikir kritis dan selalu menciptakn inovasi
baru untuk kemajuan bangsa, tanggung jawab dalam menjalankan tugas, tak lupa utk selalu berpedoman pada Al-Quran, sil-sila Pancasila, & UUD 45. Tidak
pernah lengah untuk selalu berdoa dan berharap kepada Tuhan Yang Maha Esa atas usaha yang dilakukan.
Begitu banyak referensi yang saya baca untuk
membuat esai ini, terima kasih J